Di tahun 2025 ini, di bulan November dan Desember. Sudah mulai pada mempersiapkan Natal di gereja kami. Saya tidak aktif dalam pelayanan Natal. Istri saya Angel iya aktif. Ada 2 hal yang saya merasa agak kurang di tempat kami. 1. Lagu-lagu yang dipilih biasanya tidak / bukan lagu Natal biasa. 2. Topik pembahasan pendeta (biasanya pendeta undangan), itu biasanya ngebahas visi gereja tahun depan (yang mana kita udah dapat). 3. Kurangnya suasana Natal.
Saya sudah agak lama bahas ini dengan istri. Tapi kami tidak mau mengubah atau memberi saran apa-apa. Karena tidak mudah mengubah apa yang sudah ditetapkan oleh mereka. Dan Angel tahun ini tidak jadi bagian WL (worship leader). Jadi kita hanya bahas berdua di rumah. Dari daftar lagu yang banyak, dan sebagian besar saya tidak tahu (katanya). Dan kemungkinan topik judul kotbahnya ya.. visi 2026. Visi 2026 bagus sekali buat kami, sudah dikotbahkan dan disharing dari beberapa bulan sebelumnya. Cuma saya pengen saja seperti jaman dulu, ketika Natal ya merayakan Natal.
Nah di hari H. Istri dan anak laki-laki berangkat duluan karena pelayanan. Saya menyusul dengan anak perempuan saya (cia). Di situ kita duduk terpisah, saya dan cia sebagai tamu. Mulailah lagu-lagu, dan iya bener saya ngga gitu paham. Dan udah beberapa lama sebelumnya, saya berkali-kali mendengarkan lagu “Seorang Anak Tlah Lahir – Robert Lea”, yang jadul version youtube. Saya juga di rumah bikin-bikin storybook iseng dengan AI tentang ini.
Dan ketika di gereja, pas lagu dan lain-lain. Saya continue bawa tentang itu, tentang Yesaya 9:5. Cari tahu per masing-masing pengertian (pake Chatgpt, pakai Gemini). Pas nyanyi (berdiri) saya memutuskan di hati untuk benar-benar merayakan Natal itu (saya ngga mau bete-betean). Saya tutup mata (ngga dengerin lagu yang sedang dinyanyikan), terus saya ucapkan “Selamat ulang tahun Yesus“, “Happy birthday Yesus“, terus saya ucapkan gelar-gelar di Yesaya itu. “Penasihat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja damai“, dan saya amini sambil bayangin arti per masing-masing. Saya tidak mendengarkan lagu yang disampaikan. Saya share di x.com tentang Yesaya 9:5.
Tibalah saat kotbah. Pendeta (Pdt Wigan Sugandi) cerita tentang Natal, dan dia ada bilang bahwa ini bukan topik sebenarnya, nanti baru balik ke topik sebenarnya. Ternyata terus lanjut… jadi diteruskan ke pembahasan Yesaya 9:5 itu. Wah mirip. ternyata sampai habis pun dia membahas tentang Natal ini. Saya masih dengerin, dan di akhir kotbah. Dia minta dinyanyikan lagu “Seorang Anak Tlah Lahir”. Yang mana yang ada di hati saya dari tadi. Ternyata pemusik dan teman-teman tidak siap, proses menyanyikannya agak kurang pas (salah nada dll) sampai agak kacau. Tapi saya senang sekali (saya tetap menyanyi sambil tutup mata), saya merasa Yesus mendengar saya dan dan saya rasa Yesus senang.
Biar hari itu menjadi tonggak peringatan buat saya. Kalau nanti ada saat dimana saya perlu bisa saya ingat lagi di kemudian hari.
—
Btw, ini adalah kedua kali di gereja saya menyanyikan lagu ini. Beberapa tahun sebelumnya juga sama (mirip). Waktu itu saya minta ke istri saya (dia nolak waktu itu, bilang ngga mungkin). Anehnya pas saya bilang ke Kepala Musik, eh diterima dan dinyanyikan. Itu aja saya sudah sangat-sangat-sangat happy. Saya merasa Tuhan mendengarkan. Ngga tahu berapa kali saya menangis ketika lagu itu dinyanyikan (ketika latihan dan di acara Natal).
Sekali lagi, makasih Yesus udah datang ke dunia. Met ultah ya..